31 Des 2009

Gak Ngaji Gak Keren! (Versi SMP)

Diposting oleh Zana di Kamis, Desember 31, 2009 9 komentar
Bismillaahirrahmaanirrahiim…

Yup, gak ngaji gak keren! Kenapa bisa begitu? Simak ceritaku di bawah ini ya…

Sejak kecil, aku dididik dengan cara yang amat sangat baik oleh Ibu dan Bapak. Tak hanya pendidikan formal di sekolah negeri, tapi juga pendidikan agama. Aku didaftarkan di TPA yang jaraknya “cukup dekat” dari rumah. Ibu dan Bapak tak membedakan antara sekolah dengan TPA. Bolos TPA hukumnya sama dengan bolos sekolah: DILARANG! Hehe…

Aku ikut TPA hingga SMP kelas 1. Waktu SMP aku ogah masuk ekskul Rohis. Alasannya apa? Toh, aku udah ngaji di TPA. Ngapain ikut Rohis? Aku malah ikutan ekskul karate dan sukses membuat senpai dan teman2 yang lebih dulu gabung di karate bingung, “Hah?? Lo mau ikutan karate??” ^^’

Di pertengahan semester 1, akhirnya aku keluar dari TPA karena jadwal TPA yang pagi udah gak ada (kelas 1 SMP masuk siang). Ya sudah… Selama kurang lebih 2 tahun aku vakum ngaji. Hingga akhirnya aku bertemu dengan salah seorang sahabatku di TPA dulu. Namanya Rosena. Dia mengajakku untuk ngaji lagi di guru TPA kami, Kak Ika.

Dimulai lah episode baru dalam hidupku di kelas 3 SMP semester 2 (mendekati UAN). Aku dan Rosena kembali mengaji bersama Kak Ika. Walau cuma 2 orang, kami tetap semangat! Karena metode ngaji kami dibuat berbeda oleh Kak Ika. Jadi lebih “ABeGe” materinya. Beda banget sama jaman TPA dulu. Tapi seru! Hehe…

Lebih banyak diskusi dengan materi2 yang emang sesuai dengan usia kami yang sedang dalam pencarian jati diri (ceilah… :p ). Perdalam lagi ilmu tajwid yang udah lama gak kupelajari. Dan, yang paling mantep itu adalah targetan ibadah harian yang bakal dievaluasi tiap pekannya.

Tilawah Qur’an, shaum sunnah Senin-Kamis, Tahajud… Insya Allah itu masih bisa diusahakan (walau yang namanya bangun tengah malam itu susahnya minta ampun :D ). Yang bikin aku agak mengernyitkan dahi adalah shalat Dhuha 3 kali sepekan! Emangnya kenapa dengan shalat Dhuha?

Begini ceritanya.. Di SMPku itu jam istirahat pertamanya cuma 15 menit. Dan, sepanjang pengetahuanku, gak ada yang shalat Dhuha di sekolah saat jam istirahat. Lah, terus gimana klo aku mau wudhu? Awalnya ngerasa malu klo ngebayangin aku wudhu di WC perempuan dan orang-orang akan memandang dengan heran, “Ngapain lo?”. Udah gitu harus berjalan dengan sepatu tanpa kaus kaki plus wajah yang basah dari WC perempuan ke mushalla yang ada di ujung lorong yang lain (dari ujung ke ujung lah pokoknya). Duh, pastinya bakal maluuuuu banget… Hal itu pula yang membuatku urung untuk shalat Dhuha di sekolah. Akhirnya aku hanya shalat Dhuha 1 kali sepekan, yaitu tiap hari Minggu.

Kak Ika yang melihat targetan Dhuha-ku tak pernah tercapai, berkata dengan lembut,
“Emangnya kenapa harus malu? Kita kan gak berbuat dosa. Siapa tau klo Eka shalat Dhuha, nanti bakal ada temen2 Eka yang lain yang bakal ikutan shalat juga. Eka jadi dapet pahala 2 kali lipat deh… Kan ngajak orang menuju kebaikan…”

Mendengar ucapan Kak Ika, aku jadi semakin termotivasi. Yang penting dicoba! Ngapain malu dalam hal ibadah? Dengan mengumpulkan segenap keberanian aku menenteng mukena menuju WC cewek. Hal itu membuat beberapa temenku bertanya2. “Mau wudhu, Ka? Mau ngapain emangnya?” Dengan percaya diri, aku menjawab, “Mau shalat Dhuha!” Dan, teman-temanku pun hanya berkomentar, “Oooo….”

Kulangkahkan kaki menuju mushalla dengan penuh percaya diri. Gak sedikit emang mata yang memandang heran. Tapi, cuekin aja lah… Aku pun shalat Dhuha. Selesai shalat Dhuha, Pak Agus (guru Komputer sekaligus Pembina Rohis SMP) masuk ke mushalla. Beliau langsung bertanya, “Shalat Dhuha, Ka?” Kujawab, “Iya, Pak..” Pak Agus pun membalasnya dengan senyuman. Waduh, jadi malu… Maklum lah.. Guruku yang satu ini emang masih muda dan belum menikah :D Beliau juga yang dengan gigih ngawasin aku pas lagi "bandel2nya" :p

Perkataan Kak Ika pun terbukti. Alhamdulillah, beberapa sahabatku pun ikut untuk shalat Dhuha. Mushalla pun terlihat mulai ramai. Gak hanya kawan2 perempuan saja, tapi juga beberapa kawan laki2 pun ikut meramaikan mushalla di jam istirahat pertama.

Kenapa ngaji itu keren?
Karena dari sini kita bisa melakukan hal yang kecil dan mengubahnya menjadi hal yang besar! ^^

14 Des 2009

Karena Kita Harus Siap

Diposting oleh Zana di Senin, Desember 14, 2009 13 komentar
Bismillaahirrahmaanirrahiim…

Anda siap menjadi pemimpin?

Jika suatu saat ada yang bertanya pada kalian dengan pertanyaan di atas, apa jawaban kalian? Apakah dengan penuh keyakinan dan percaya diri kalian akan menjawab, “Insya Allah siap!”? Atau… Dengan sedikit atau bahkan sepenuhnya ragu kalian akan menjawab, “Saya tidak siap!”?
Ada banyak hal yang bisa kupelajari dari beberapa peristiwa beberapa hari ini. Salah satunya adalah kesiapan untuk menjadi pemimpin.

Emangnya siapa sih yang mau menjadi pemimpin? Amanahnya berat. Pertanggungjawabannya pun akan berat. Bukan hanya kepada anggota organisasi yang akan kita pimpin saja, tetapi juga kepada orang tua, keluarga, sahabat-sahabat yang sudah percaya dengan kemampuan kita, dan yang paling utama dan paling berat adalah kita harus mempertanggungjawabkan kepemimpinan kita kelak di hadapan Allah SWT.

Khalifah Umar bin Khattab pun sangat takut jika dalam kepemimpinannya ada seekor keledai yang mati karena kelaparan. Hei, itu hanya binatang, Kawan! Ya, dia memang hanya seekor binatang. Nasib binatang saja harus dipertanggungjawabkan. Apalagi nasib orang-orang yang beliau pimpin? Subhanallaah…

Sebegitu beratnya amanah untuk menjadi pemimpin, sampai-sampai gunung-gunung pun tak berani untuk memikulnya. Namun, kepada kita – manusia – Allah telah mempercayakan itu semua. Ya, Allah telah mempercayakan amanah langit itu untuk kita. Masihkah kalian tak percaya bahwa kalian sanggup memikulnya?

Bukan masalah ingin atau tidak, mampu atau tidak, dan siap atau tidak. Ini adalah masalah tanggung jawab. Tanggung jawab terhadap semua kepercayaan yang telah diberikan kepada kita.

Amanah bukanlah hal yang patut diminta. Tapi, ketika amanah itu sudah dipercayakan kepada kita, kita harus siap dan total. Tunjukkan bahwa kita mampu menjalankan amanah itu dengan baik. Jangan membuat orang-orang yang memberi kepercayaan itu kecewa.

Just do your best! Dan biarkan Allah, Rasul, dan orang-orang yang beriman yang menilai kinerja kita..

“Dan katakanlah, ‘Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS At-Taubah : 105)

Mengutip perkataan salah seorang saudariku, Kirana:

Bismillahirrahmanirrahiim.

Aku harus mempertanggungjawabkan keberadaan namaku yang berhari-hari ‘mejeng’ di spanduk yang tergantung di sekre square itu. Spanduk yang menyiratkan harapan akan pemimpin FUKI yang baru. Aku tidak bercita-cita menjadi seorang kaput, tapi aku hanya berharap Allah menunjukkan yang terbaik untuk melanjutkan kepemimpinan FUKI 2010. Semangat, teman-temanku!


Yup, seperti inilah semangat yang harus kita tunjukkan, Kawan! Semangat untuk mempersembahkan yang terbaik untuk Islam! Untuk dakwah di Fasilkom UI yang lebih baik.

Semoga dari tangan-tangan kita, Islam itu akan bangkit. Setidaknya melalui tangan-tangan ini, kebangkitan itu mulai tercipta…

Inilah dunia kita! Jalan cinta para pejuang! ^^
 

searching for Andromeda Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review