10 Jan 2018

Apresiasi dan Depresi; Sebuah Curhat Colongan dari Ibu Baru

Diposting oleh Zana di Rabu, Januari 10, 2018
Sumber gambar: http://eggzack.s3.amazonaws.com/cg1-x62alo5s3h-DPc4A3FvCtnMNrTgMjmA8oc.jpg

Bismillaahirrahmaanirrahiim...

Bulan Desember 2017 adalah bulan hebohnya aku dengan kabar meninggalnya Jonghyun SHINee akibat bunuh diri karena depresi. Heboh karena aku udah ngikutin grup ini dari tahun 2009. Heboh karena beberapa hari sebelumnya aku sempet baca berita konser tunggalnya di Seoul.

Gak nyangka Jjong bisa mengambil jalan pintas ini. Di depan kamera, Jjong ini termasuk member yang heboh lho. Suka bercanda, bikin member yang lain ketawa-tawa, ramah sama junior-juniornya, pun Jjong ini terlihat punya banyak banget teman. Tipe supel gitu sepertinya.

Tapi kenapa bisa sampai depresi? Kenapa?

Setelah ngulik-ngulik berita, ternyata Jjong ini sepertinya tipe perfeksionis. Dia selalu merasa gak puas sama hasil karyanya sendiri. Padahal lagu-lagu dan tulisan Jjong ini bagus. Multi talented lah pokoknya. Dan yang bikin menyentuh adalah pesan terakhirnya untuk sang kakak,

"It's been hard", "Let me go. Tell me I've worked hard. This is my farewell."

Iya, dia butuh apresiasi bahkan hingga saat terakhirnya.

Menurutku, kebutuhan akan apresiasi adalah suatu fitrah. Manusiawi banget.

Apresiasi bisa membuat kita semakin terpacu untuk bisa lebih baik lagi. Pun apresiasi bisa meringankan sedikit beban di kala lelah.

Buat ibu baru kayak aku ini, terasa banget lho betapa apresiasi itu sangat membantu. Contohnya ketika aku baru selesai proses persalinan. Di saat sakit karena bekas jahitan dan capek fisik, bahagia banget rasanya ketika membaca pesan-pesan di grup whatsapp dari keluarga besar Ibu.

"Wah, Mba Eka pinter yaa ngedennya.."
"Selamat ya Mba Eka, udah jadi ibu nih sekarang."
"Cucu Mbah pinter banget. Sekarang udah happy lagi kan?"

Biasanya kan yang dapet ucapan dan doa itu bayinya doang. Tapi alhamdulillah, Mbah Uti, Om, Bulik gak pernah lupa ngasih pujian dan doa buat ibunya juga. Sesenang itu rasanya. I love you full lah Kusumajayas' :*

Konon kabarnya, ibu yang baru saja melahirkan itu rentan mengalami depresi. Aku pun mengalami baby blues, mungkin sampai saat ini pun masih suka nge-blues klo ada faktor pemancingnya. Haha..

Kelelahan begadang menyusui bayi, cucian baju berember-ember setiap hari (fyi, aku kalau nyuci baju anakku, baju dalam, dan kaos kaki itu harus dicuci pakai tangan, bukan mesin cuci biar bersih. Mungkin ini sisi perfeksionisku. Haha..), bolak-balik ganti popok, harus nunda-nunda makan klo bayinya belum mau ditinggal (fyi lagi, aku ini klo telat makan, maag atau migrainnya bisa langsung kumat), itu gak terlalu berat kalau harus dibandingkan dengan harus dengerin komentar orang. Apalagi klo orang yang komentar itu tipenya diulang-ulang terus. Belum lagi klo dapet omelan, dan diomelinnya di depan orang banyak. Ini mah udah sukses bakal bikin nangis bombay.

"Itu air susunya keluar gak sih? Apa anaknya bakal kenyang?"
"Gak sabaran banget sih."
Dan sebagainya, dan sebagainya, yang intinya nyalahin.

Pokoknya serasa bayi itu gak boleh nangis sedikit pun. Nangis dikit, berarti ibunya gak becus. Gitu.

Namanya juga ibu baru, masih belajar. Dan yang namanya ibu itu harus bahagia biar asi-nya banyak. Klo dikomentarin gini, terus ibunya jadi sedih, terus asi-nya jadi gak maksimal, siapa yang harus disalahin? Ibunya lagi? *Maap jadi rada emosi -.-v)

Klo udah nge-blues gini, biasanya Mas Suami harus sabar ngelus-ngelus punggung istrinya yang lagi mewek.

Anyway, di sini aku juga mau menyuarakan hati seorang ibu baru #tsaah.

Ibu itu juga harus diperhatikan lho, bukan cuma anaknya doang. Apalagi ibu baru yang harus beradaptasi dengan dunia baru di mana segalanya berubah. Dunia di mana perhatian semua orang sudah tertuju untuk si bayi. Dunia di mana mereka harus merelakan jam istirahatnya demi sang buah hati. Tentu apresiasi bisa sangat menghibur mereka. Klo gak bisa mengapresiasi, minimal gak usah lah ya kasih komentar yang bikin mereka sedih.

Ibu gak boleh baper? Memang baiknya begitu. Tapi baper pun terkadang muncul bukan karena keinginannya sendiri. Ada banyak faktor. Lelah dan perubahan hormon misalnya. Jadi, tolong dibantu ya Pak Bapak dan Bu Ibu :D Jangan sampai blues-nya mereka ini berubah jadi Postpartum Depression. Tentunya ini bisa membahayakan Ibu dan bayinya.

Klo mau ngasih masukan, tolong banget, gunakan bahasa yang bukan men-judge. Nadanya gak usah tinggi-tinggi. Atau bisa juga disampaikan ke suami atau Ibu biar nanti bisa lebih "disaring" lagi masukannya. Menyesuaikan dengan kondisi si ibu baru ini. Karena biasanya suami kan yang paling paham kondisi istri. Pun Ibu-nya si ibu baru (?) ini juga paham dengan kondisi anaknya (di samping beliau juga pernah merasakan hal yang sama sebelumnya).

Dan, ngomelin si ibu baru ini di depan umum (include dalam lingkup keluarga) is A BIG NO NO NO. Paham kan alasannya? Klo belum paham, bisa lah ditanyakan langsung ke aku :")

Dan buat ibu-ibu nge-blues kayak aku ini, yuk, kita saling mengingatkan.

Yuk, kita perbanyak tilawah.
Yuk, kita perbanyak berdo'a langsung ke Allah. Meminta untuk dikuatkan dalam menjaga dan mendidik anak-anak kita.
Yuk, kita saling mengingatkan bahwa Allah selalu ada untuk kita, dan gak pernah membuat hamba-Nya bersedih :")

Allah selalu memberikan kemudahan di setiap kesulitan.

Semoga Allah memberi jalan kepada kita untuk bisa bergembira dengan kemudahan-kemudahan yang sudah Ia berikan. Aamiin :")

Untuk para ibu, THANK YOU FOR BEING AWESOME! Barakallaahulakum :*

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Eka keren! Terus semangat yaa ^^

Cara membuat pupuk kandang fermentasi mengatakan...

good luck, kebahagiaan emang egk bisa dipisahkan dari susah sedih depresi, tapi semua itu ada untuk membuat kita berusaha untuk mengapresiasi kebahagiaan

 

searching for Andromeda Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review