30 Nov 2017
Ta'aruf Series #2; Sudah Siap Menikah atau Belum?
Bismillaahirrahmaanirrahim...
Sudah siap nikah atau belum?
Pertanyaan ini jadi pertanyaan sakti yang hati suka jadi dag-dig-dug sendiri buat jawab. Antara ke-geer-an, "Wah, kayaknya ada yang mau nyariin jodoh nih," sama ketakutan kalau seandainya yang nanya beneran mau nyariin jodoh (lah, terus maumu apa? Wkwk.. )
Bukan apa-apa. Klo beneran dicariin, terus dapet orangnya, terus kita ngerasa gak cocok kan jadi suka bingung gimana nolaknya. Iya, kan? Udah, iya-in aja dulu :p
Aku pun dulu suka bingung gimana nentuin kesiapan menikah. Pernah juga nanya ke seorang guru senior di tempatku dulu mengajar. Lalu jawaban beliau, "Klo sudah ada orang yang datang ke Ibu, berarti Bu Eka sudah siap." Momen bertanyanya pun tepat sekali dengan tawaran seseorang yang mau mengenalkanku dengan seseorang (?). Tapi, aku gak cocok sama orangnya. Aku masih takut nikah. Aku belum siap.
Dari situ, aku bisa mengambil kesimpulan sementara bahwa kecocokan dan ketidaktakutan (?) pun bisa menjadi salah satu standar kesiapan.
Aku lalu bertanya kepada guru senior lainnya, dan jawaban beliau seperti ini:
"Nikah itu bukan masalah siap atau gak siap, Bu Eka. Nikah itu ya harus di-siap-siap-in. Siapnya harus diusahakan. Dengan banyak baca buku misalnya. Atau hal lainnya."
Wah ini, salah satu nasihat yang lumayan bikin jleb. Hehe..
Setelah dipikir-pikir lagi, aku masih takut nikah. Iya, aku jadi takut nikah karena sering banget denger masalah-masalah rumah tangga. Mulai dari masalah ekonomi, KDRT, sampe masalah yang gak pernah terpikirkan sebelumnya, si suami ternyata penyuka sesama jenis! Na'udzubillaahimindzalik T.T
Masa-masa pengen nikah di tengah berbagai permasalahan yang melanda pun ada. Saat lelah dengan tugas-tugas kuliah misalnya. Hihi..
Tapi, semangat nikah itu langsung buyar tatkala buku Catatan Harian Seorang Istri selesai dibaca. Haha.. Aku salah baca buku, harusnya baca buku Sakinah Bersamamu dulu, baru Catatan Harian Seorang Istri. Biar baca yang senang-senang dulu, baru yang susah-susah.
Yasudahlah.. Makin takut nikah deh itu. Mari kita nikmati masa-masa single semaksimal mungkin :")
Sebenernya jadi single menyenangkan kok. Bebas jalan-jalan, bebas leyeh-leyeh, bebas jajan-jajan. Tapi kan gak bisa begini terus ya.. Umur udah masuk 24 tahun masa' masih takut nikah. Terus nanti mau nikah umur berapa?
Pelan-pelan mulai baca buku yang isinya tentang hal yang menyenangkan ketika menikah. Hehe.. Baca-baca tulisannya Salim A. Fillah, buku Fiqh Wanita, dan dengerin ceramah tentang ta'aruf dan persiapan menikah.
Emangnya calonnya udah ada? Waktu itu sih masih belum ada XD
Yah, siapa tau kan, Allah membukakan jalan bertemu dengan Andromeda di saat kita juga maksimal mempersiapkan diri dengan ilmu pernikahan dan udah gak takut nikah lagi :)
Categories
Ta'aruf Series
12 Nov 2017
Duka Sedalam Cinta; KMGP 2-nya Mana?
Bismillaahirrahmaanirrahiim…
Nah, ini dia nih yang ditunggu-tunggu. Akhirnya lanjutan
film Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP 1) tayang juga!
Lama rasanya tak terdengar kabar tayang KMGP 2.
Sampai-sampai aku mikir, “Jangan-jangan ini lanjutan filmnya gak ada karena
Gita-nya udah berjilbab sekarang.” Hehe.. Anyway, semoga semakin keren ya Mba
Aquino Umar :3
Nah, suatu ketika aku iseng-iseng nih scrolling timeline Instagram
Mba Helvy. Waktu itu, di timeline Mba Helvy lagi in tentang film 212. Lah, KMGP 2-nya mana?
Scroll lagi, scroll terus. Sambil sesekali baca caption di
foto yang menarik. Eh, kok ada film baru lagi? Judulnya “Duka Sedalam Cinta”. Lah,
KMGP 2-nya mana? (Terus aja ini pertanyaannya nongol di sini :p )
Jadi makin patah semangat nunggu KMGP 2 ☹
Mungkin ini yang namanya “bisikan hati”. Hati kok rasanya
makin penasaran. Masa’ sih KMGP 2 gak jadi tayang? Akhirnya bener-bener
dikepoin deh instagramnya Mba Helvy. Dibacain caption-nya satu-satu. Daaannn…
Duka Sedalam Cinta (DSC) itu ternyata judul untuk film KMGP 2, Saudara-saudara. Haha…
*jitak diri sendiri*
Bener kata admin @dukasedalamcinta. Kebaikan tidak boleh ditunda. Aku dan
suami menonton film ini di XXI Plaza Depok tanggal 31 Oktober 2017 dan setelah
aku lihat di akun @dukasedalamcinta, film ini sudah turun layar di tanggal 2
atau 3 November 2017 (aku lupa tanggal pastinya).
Film ini dibuka dengan memperlihatkan logo KMGP picture. Aku dan suami sontak langsung mengucapkan “Masya Allah…” Bahkan film ini pun diproduksi secara mandiri oleh tim KMGP. Salut!
Menonton film DSC membuat aku bersyukur bahwa masih ada film dengan muatan super positif buatan anak negeri. Mba Helvy dan tim berhasil menciptakan karya keren ini tanpa ada sedikit pun kata-kata kotor dan adegan yang membahayakan untuk ditonton.
Kalau di KMGP 1 aku baper sama Mas Gagah, di DSC ini aku sukses dibuat baper sama Gita. Ada ya ternyata anak yang tadinya gaulll banget penampilannya, tapi gak menutup diri terhadap kebaikan. Walau mungkin awalnya agak terpaksa kali ya. Hehe..
Di salah satu scene, bahkan Gita gak malu untuk tampil di sebuah acara yang mayoritas pesertanya sudah berjilbab. Dan pertanyaan yang Gita ajukan benar-benar mewakili pertanyaan orang banyak. “Kenapa sih harus pakai jilbab? Kenapa gak jilbabin hati dulu?”
Jawaban untuk pertanyaan Gita pun semakin mencerahkan aku yang suka bingung kalau ditanya pertanyaan sejenis ini. Jawaban yang lugas tetapi tidak menggurui. Mau tau jawabannya seperti apa? Teman-teman bisa menemukan jawabannya di film ini. Tonton yaa :*
Konflik yang terjadi di DSC ini merupakan puncak dari berbagai konflik yang sudah dimulai di film KMGP 1. Semua permasalahan Mas Gagah, Gita, dan Mas Fiisabilillah terjawab dengan tuntas. Alhamdulillaah...
Tak hanya berisi tentang permasalahan seputar Mas Gagah dan orang-orang di sekitarnya, DSC juga mengangkat permasalahan di wilayah kepulauan nun jauh dari Pulau Jawa. Wah, ternyata potensi alam di sana besar banget, lho. Dan pemimpin yang diceritakan di film ini berhasil membawa solusi untuk perbaikan masyarakatnya. Masya Allah..
Sinematografi DSC dikemas dengan baguuuss sekali. Yang paling membekas untukku ya tentang keindahan alam Halmahera. Duh, kujadi ingin ke sana suatu hari nanti.
Buat teman-teman yang belum menonton film KMGP 1 mungkin
bakal agak bingung dengan alur ceritanya. Alur cerita DSC kebanyakan bersifat
maju-mundur. Mungkin hal ini bisa membuat kalian jadi bingung kalau gak
menyimak cerita dengan seksama. Dan yang terpenting, dengan menonton KMGP 1,
kalian akan lebih bisa memahami ikatan yang erat antara Mas Gagah dan Gita :”)
Iya, Mas Gagah ini memang yang paling bisa bikin baper.
Alhamdulillah aku udah punya si Mas Andromeda, jadi bisa menetralkan nasib
seorang anak pertama yang gak punya kakak laki-laki. Haha.. :”)
Aku kasih nilai 90 dari total 100 untuk DSC. Semangat selalu Mba Helvy dan tim! :*
Oiya, boleh aku sedikit berbagi tentang tips menonton DSC
untuk anak bayi? :D
Jadi, aku dan suami juga mengajak anak kami yang masih
berusia 6 bulan. Bayi memang sebaiknya tidak dibawa menonton ke bioskop karena khawatir
bisa merusak syaraf pendengarannya yang masih berkembang. Dan mungkin juga bisa mengganggu penonton yang lain kalau bayinya menangis.
Jadi, kemarin kami menyiasatinya dengan memasangkan penutup
telinga untuk mengurangi suara dentuman audio di studio bioskop. Telinganya
pun saya tutup dengan tangan ketika menonton. Tapi alhamdulillaah, audio DSC
ini tidak bersifat “menggelegar” sehingga tidak membuat bayi kaget dan juga
tidak terlalu mengganggu pendengaran.
Anak kami juga kami pakaikan jaket serta kaus kaki hangat
karena studio bioskop ini memang lumayan dingin. Anak kami juga tetap kugendong
agar badannya selalu hangat.
Walau pada akhirnya aku tetap menyarankan untuk tidak
membawa bayi ke bioskop ya. Kalau ada yang bisa menjaga bayi kita di rumah,
mending di rumah aja bayinya 😊
Categories
duka sedalam cinta,
film,
inspiring,
ketika mas gagah pergi,
semangat,
tips
9 Nov 2017
Perpanjang SIM di Depok
Bismillaahirrahmaanirrahiim...
Gak terasa ternyata sudah lima tahun yang lalu punya SIM. Apalagi sudah setahunan ini gak ngendarain motor sendiri alias diboncengin terus. Hehe..
Kali ini aku mau nge-share alur perpanjangan SIM di Kantor Pelayanan Penerbitan Surat Izin Mengemudi (seingetku nama kantornya ini. Semoga gak salah yaa) Depok yang terletak di Pasar Segar, Jalan Tole Iskandar.
Aku dan suami memutuskan untuk membawa bayi kami saat mengurus perpanjangan SIM karena di rumah gak ada orang. Udah kebayang deh ini gimana ribetnya ngantri-ngantri sambil bawa bayi :")
Alhamdulillah si bayi anteng selama di perjalanan. Sampai di Pasar Segar sekitar jam 10 pagi. Agak deg-degan sih ngeliat banyak banget bapak-bapak yang ngerokok :( Kepala si bayi pun semakin aku rapatkan ke dalam gendongan untuk meminimalisir asap rokok biar gak terhirup. Sambil berdoa semoga antriannya gak panjang dan si bayi gak rewel.
Memasuki depan kantor pelayanan, kami bertanya ke seorang petugas tentang alur perpanjangan SIM. Kami lalu diarahkan menuju ke arah belakang untuk pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu. Dan bapak-bapak yang lagi nongkrong sambil ngerokok di kantin-kantin belakang semakin banyak :(
Tempat cek kesehatannya terdiri dari dua ruangan. Ruangan depan tempat cek tensi dan bayar biaya administrasi. Di ruangan dalam aku lihat ada seorang dokter jaga. Kayanya di ruangan ini ada tes kesehatan mata, dll deh. Ada gambar yang buat tes rabun mata soalnya di tembok.
Mungkin karena aku bawa bayi, jadinya aku gak diperiksa apa-apa. Dicek tensinya pun gak. Hehe.. Aku langsung diminta menyerahkan fotokopi KTP 1 lembar dan biaya administrasi kesehatan sebesar Rp22.500,-.
Dari ruang kesehatan, kami diarahkan untuk ke loket asuransi di bagian depan kantor pelayanan. Di loket asuransi ini akan diminta uang asuransi sebesar Rp30.000,-. Nanti petugasnya akan menyerahkan kartu asuransi berwarna biru yang harus kita simpan. Aku lupa di sini diminta fotokopi KTP atau SIM atau gak. Tapi seingetku sih gak diminta.
Setelah dapat kartu asuransi, aku berpindah ke loket pengambilan formulir perpanjangan SIM di sebelah loket asuransi. Di loket ini, aku diminta untuk menyerahkan fotokopi KTP dan juga SIM asli. Lagi-lagi aku lupa di sini diminta fotokopi SIM atau gak. Tapi kayaknya sih gak juga :")
Di loket ini juga akan dimintai uang administrasi sebesar Rp70.000,-
Oiya, sebisa mungkin bawa pulpen sendiri yaa. Biar gak ribet pinjem-pinjem pulpen untuk pengisian formulir. Klo gak bawa, di depan kantor pelayanan ada banyak orang yang jualan pulpen juga sih. Yah, siapa tau aja kan mau irit dengan membawa pulpen sendiri.
Formulir perpanjangan SIM bisa diisi di dalam kantor pelayanan. Disediakan meja dan contoh pengisiannya juga di sana. Setelah formulir selesai diisi, kami langsung menyerahkannya ke loket pendaftaran yang ada di dalam.
Tinggal nunggu panggilan untuk foto deh. Dan antriannya.. Masya Allah panjangnyaaa XD
Alhamdulillah namaku langsung dipanggil untuk foto terlebih dahulu. Mungkin ini salah satu layanan ekstra untuk ibu yang membawa bayi kali ya. Terima kasih banyak lho Bapak dan Ibu Polisi yang baik hati.
Tanpa menunggu lama, aku pun difoto oleh petugas. Tentunya sambil menggendong bayi karena Mas Suami menunggu di luar ruangan (ruangan fotonya sempit dan banyak orang yang mengantri soalnya. Jadi gak enak klo menuh-menuhin). Yup, sesi pemotretan pun selesai. Dan di fotonya pun keliatan tali gendongan bayi. Perjuangan ya, Nak XD
Gak lama namaku pun dipanggil untuk ambil kartu SIM yang baru. Masya Allah.. Secepat ini ya ternyata. Dan si bayi pun gak rewel jadinya :")
Udah, segitu aja ceritanya. Aku sangat mengapresiasi layanan kepolisian yang mendahulukan ibu yang membawa bayi. Soalnya beneran gak tega juga sih klo harus antri lama, banyak asap rokok juga di luar kantornya.
Jadi, kurang lebih yang harus dipersiapkan:
1. Kartu SIM asli + fotokopinya 3 lembar (buat jaga-jaga klo diminta)
2. KTP asli (buat jaga-jaga) + fotokopinya 3-5 lembar
3. Pulpen
4. Uang sebesar Rp122.500,- (bawa uang 150 aja buat jaga-jaga, sekalian buat bayar parkir)
Okay, semoga bermanfaat.
Gak terasa ternyata sudah lima tahun yang lalu punya SIM. Apalagi sudah setahunan ini gak ngendarain motor sendiri alias diboncengin terus. Hehe..
Kali ini aku mau nge-share alur perpanjangan SIM di Kantor Pelayanan Penerbitan Surat Izin Mengemudi (seingetku nama kantornya ini. Semoga gak salah yaa) Depok yang terletak di Pasar Segar, Jalan Tole Iskandar.
Aku dan suami memutuskan untuk membawa bayi kami saat mengurus perpanjangan SIM karena di rumah gak ada orang. Udah kebayang deh ini gimana ribetnya ngantri-ngantri sambil bawa bayi :")
Alhamdulillah si bayi anteng selama di perjalanan. Sampai di Pasar Segar sekitar jam 10 pagi. Agak deg-degan sih ngeliat banyak banget bapak-bapak yang ngerokok :( Kepala si bayi pun semakin aku rapatkan ke dalam gendongan untuk meminimalisir asap rokok biar gak terhirup. Sambil berdoa semoga antriannya gak panjang dan si bayi gak rewel.
Memasuki depan kantor pelayanan, kami bertanya ke seorang petugas tentang alur perpanjangan SIM. Kami lalu diarahkan menuju ke arah belakang untuk pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu. Dan bapak-bapak yang lagi nongkrong sambil ngerokok di kantin-kantin belakang semakin banyak :(
Tempat cek kesehatannya terdiri dari dua ruangan. Ruangan depan tempat cek tensi dan bayar biaya administrasi. Di ruangan dalam aku lihat ada seorang dokter jaga. Kayanya di ruangan ini ada tes kesehatan mata, dll deh. Ada gambar yang buat tes rabun mata soalnya di tembok.
Mungkin karena aku bawa bayi, jadinya aku gak diperiksa apa-apa. Dicek tensinya pun gak. Hehe.. Aku langsung diminta menyerahkan fotokopi KTP 1 lembar dan biaya administrasi kesehatan sebesar Rp22.500,-.
Dari ruang kesehatan, kami diarahkan untuk ke loket asuransi di bagian depan kantor pelayanan. Di loket asuransi ini akan diminta uang asuransi sebesar Rp30.000,-. Nanti petugasnya akan menyerahkan kartu asuransi berwarna biru yang harus kita simpan. Aku lupa di sini diminta fotokopi KTP atau SIM atau gak. Tapi seingetku sih gak diminta.
Setelah dapat kartu asuransi, aku berpindah ke loket pengambilan formulir perpanjangan SIM di sebelah loket asuransi. Di loket ini, aku diminta untuk menyerahkan fotokopi KTP dan juga SIM asli. Lagi-lagi aku lupa di sini diminta fotokopi SIM atau gak. Tapi kayaknya sih gak juga :")
Di loket ini juga akan dimintai uang administrasi sebesar Rp70.000,-
Oiya, sebisa mungkin bawa pulpen sendiri yaa. Biar gak ribet pinjem-pinjem pulpen untuk pengisian formulir. Klo gak bawa, di depan kantor pelayanan ada banyak orang yang jualan pulpen juga sih. Yah, siapa tau aja kan mau irit dengan membawa pulpen sendiri.
Formulir perpanjangan SIM bisa diisi di dalam kantor pelayanan. Disediakan meja dan contoh pengisiannya juga di sana. Setelah formulir selesai diisi, kami langsung menyerahkannya ke loket pendaftaran yang ada di dalam.
Tinggal nunggu panggilan untuk foto deh. Dan antriannya.. Masya Allah panjangnyaaa XD
Alhamdulillah namaku langsung dipanggil untuk foto terlebih dahulu. Mungkin ini salah satu layanan ekstra untuk ibu yang membawa bayi kali ya. Terima kasih banyak lho Bapak dan Ibu Polisi yang baik hati.
Tanpa menunggu lama, aku pun difoto oleh petugas. Tentunya sambil menggendong bayi karena Mas Suami menunggu di luar ruangan (ruangan fotonya sempit dan banyak orang yang mengantri soalnya. Jadi gak enak klo menuh-menuhin). Yup, sesi pemotretan pun selesai. Dan di fotonya pun keliatan tali gendongan bayi. Perjuangan ya, Nak XD
Gak lama namaku pun dipanggil untuk ambil kartu SIM yang baru. Masya Allah.. Secepat ini ya ternyata. Dan si bayi pun gak rewel jadinya :")
Udah, segitu aja ceritanya. Aku sangat mengapresiasi layanan kepolisian yang mendahulukan ibu yang membawa bayi. Soalnya beneran gak tega juga sih klo harus antri lama, banyak asap rokok juga di luar kantornya.
Jadi, kurang lebih yang harus dipersiapkan:
1. Kartu SIM asli + fotokopinya 3 lembar (buat jaga-jaga klo diminta)
2. KTP asli (buat jaga-jaga) + fotokopinya 3-5 lembar
3. Pulpen
4. Uang sebesar Rp122.500,- (bawa uang 150 aja buat jaga-jaga, sekalian buat bayar parkir)
Okay, semoga bermanfaat.
Categories
tips
Langganan:
Postingan (Atom)