7 Jun 2020

Ta'aruf Series #5; Pertemuan Pertama

Diposting oleh Zana Zahra di Minggu, Juni 07, 2020


Sudah baca series sebelumya?


Bismillaahirrahmaanirahiim...

Mulai series #5 ini, akan banyak bercerita tentang pengalamanku ya. Semoga bisa diambil yang berfaedah. Kalau yang unfaedah mah jangan ditiru :")

Setelah pertukaran CV, langkah selanjutnya yang kami jalani adalah pertemuan pertama dengan didampingi oleh guru kami masing-masing. Sebut saja Mba Guru dan Abang Guru.

Sebuah ruangan kecil di Masjid Al-Ikhlas Jatipadang jadi saksi betapa deg-degan dan ‘bengong’-nya seorang aku ketika harus berhadapan dengan kakak itu dan Abang Gurunya. Seriusan. Itu pertemuan berasa banget krik-kriknya -____-”

Aku juga tumbenan banget gak kepo-kepo amat sama orang. Padahal biasanya, kalau sudah urusan kepo-mengkepo, selalu saja ada hal yang pengen diketahui. Apa karena sudah kenal, ya? Jadi bikin bingung sendiri mau nanya tentang apa.. (Eka sok kenal banget. Padahal ngobrol selain urusan organisasi aja gak pernah. Wkwk..)

FYI, kami beberapa kali terlibat dalam organisasi atau kepanitiaan yang sama. Kami sama-sama aktif di yayasan alumni SMA kami (salah satu kejadian menegangkannya bisa dibaca di sini. Haha.. ). Di kampus juga beberapa kali ikut syuro koordinasi antar fakultas karena beliau adalah ketua Lembaga Dakwah Fakultas (LDF) di FMIPA UI dan saya koordinator akhwat LDF di Fasilkom UI.

Pertemuan itu dibuka dengan sebuah pengantar dan nasihat dari Abang Guru sekaligus memberikan klarifikasi mengenai kronologis kejadiannya.

Jadi, awalnya si kakak minta dicarikan pasangan sama Abang Guru dengan beberapa kriteria. Abang Guru akhirnya mencari ke beberapa Mba Guru. Dapet deh itu beberapa CV akhwat (kalau gak salah jumlahnya 3, termasuk aku). Dari hasil istikharah si kakak, katanya si kakak akhirnya milih aku (mulai tumbuh benih-benih geer nih. Hahaha..).

Kenapa harus diluruskan? Karena kenal. Sesederhana itu ya ternyata :’) 

Katanya belakangan ini sudah banyak terjadi fenomena ‘penembakan’ akhwat oleh seorang ikhwan. Si kakak katanya gak ‘nembak’ aku, insya Allah. Kayaknya Abang Guru dan si kakak benar-benar menekankan banget kalau ini bukan ‘penembakan’. Entah maksudnya apa. Biar gak jadi fitnah kali ya. Kan aku sama si kakak ada di satu departemen di yayasan alumni SMA. Si kakak takut dikira ngincer aku dari dulu kali ya (klarifikasinya sudah ada di postingan Ta'aruf Series #4 ).

Setelah Abang Guru selesai dengan pembukaannya, lalu beliau mempersilakan kami berdua untuk saling bertanya jika ada yang ingin ditanyakan.

Saat itu, aku lagi dalam kondisi ‘mong’, jadi memang banyak diamnya. Ditambah lagi, ada perasaan nervous bin grogi. Yaudah deh, aku makin diam di situ. Padahal sebelumnya sudah menyiapkan beberapa pertanyaan yang sayangnya gak dicatat. Ambyar deh itu pertanyaan gak ada yang kesebut saking groginya XD

Tapi ternyata gak cuma aku doang. Si kakaknya juga diem. Jadi lah itu krik-krik banget suasananya :)))

Mungkin karena gak enak atau gimana, akhirnya si kakak angkat bicara duluan. Kakaknya menceritakan ulang kronologisnya dari awal.

Ketika ditanya sama Abang Guru, "Ada yang mau ditanya gak ke Eka?" Si kakak hanya menjawab, "Saya ketika memutuskan untuk memilih, berarti tidak ada yang perlu ditanyakan lagi, Bang." #uhuk2 #jadikeselek #kemudiangeerlagihahahaha

Selesai kakaknya cerita, giliran aku yang disuruh ngomong. Bingung mau ngomong apa. Akhirnya cuma cerita tentang kondisi keluarga dan keluarga besar dari pihak Ibu dan Bapak. Udah segitu aja. Bingung.

Melihat situasi yang krik-krik dan semakin tidak terkendali ini, Abang Guru berinisiatif untuk mendeskripsikan sifat dan kondisi si kakak. Di situlah kegalauan kembali muncul. Ada beberapa poin penting yang rasa-rasanya perlu di-istikharah-kan kembali.

Pertemuan itu pun ditutup gak lama setelah adzan Zuhur selesai berkumandang. Abang Guru menarik kesimpulan dan memberi waktu satu pekan untuk istikharah lagi. Jika lanjut, maka kami akan bertemu lagi. Dilanjutkan dengan si kakak yang silaturahim ke rumahku, lalu aku silaturahim ke rumah kakaknya, kemudian baru deh orangtua si kakak dateng silaturahim ke rumah untuk membicarakan proses lamaran.

Gitu deh ceritanya..

Aku sarankan agar teman-teman yang sedang ta'aruf mempersiapkan dengan matang, ya, apa-apa saja yang mau ditanya. Ingat, harus dicatat. Biar gak bingung dan super krik-krik kayak aku XD

Misalnya:
1. Nanti boleh lanjut kerja atau gak setelah menikah?
2. Setelah menikah mau tinggal di mana?
3. Bagaimana hubungannya dengan Ibu dan saudara kandung perempuan? Karena ini bisa merefleksikan bagaimana seorang laki-laki dalam memperlakukan istrinya kelak.
4. Kalau marah, biasanya seperti apa?
5. Masih kah boleh berkegiatan di luar urusan pekerjaan (tentunya dalam hal kebaikan ya..)?
6. Apakah punya harapan untuk calon istrinya kelak?
7. Apa saja yang diharapkan oleh keluarga pihak laki-laki tentang calon istrinya?
8. Kebiasaan sehari-hari di rumah?
9. Bagaimana pergaulannya?
10. Bagaimana pengaturan keuangan pasca menikah?
11. Kalau istrinya belum jago masak gimana? #inimahaku XD

Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang berkaitan dengan kehidupan pasca menikah.

Selamat menyusun pertanyaan-pertanyaannya yaa :D

1 komentar:

BroIs mengatakan...

Terima kasih artikelnya kaka.. sangat menarik.


Salam.
BroIs

 

searching for Andromeda Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review