10 Mar 2023

[Notulensi] Waktu Berlalu, Apa Kabar Pola Asuhku?

Diposting oleh Zana Zahra di Jumat, Maret 10, 2023 0 komentar


Narasumber: Mutiara Khadijah, S.Psi.

JENIS JENIS POLA ASUH PADA ANAK

Menurut APA (American Psychological Association, 2017) setidaknya ada 3 tipe pola asuh atau gaya pengasuhan:

1.    AUTHORITATIVE

Orang tua terlibat langsung dalam pengasuhan anak, berikap responsif, dan memberi dukungan penuh pada anak namun tetap menetapkan aturan dan batasan yang tegas bagi anak. Orang tua juga berupaya mengendalikan perilaku anak dengan menjelaskan aturan, berdiskusi, dan menggunakan logika, serta memberi kesempatan pada anak untuk menyampaikan pendapat walaupun pendapat itu  tidak selalu diterima.

2.    PERMISIVE

Orang tua bersikap hangat, tapi tidak menerapkan aturan atau batasan yang tegas terhadap anak. Anak tidak dimonitor dengan cermat ketika beraktivitas dan tidak mendapatkan bimbingan untuk berperilaku yang wajar sesuai tingkat kematangan usianya.

3.    UNINVOLVED

Ayah bunda/orang tua yang tidak responsif, TIDAK HADIR, menolak untuk terlibat dalam pengasuhan anak.

Sedangkan tipe pengasuhan menurut Diana Baumrind (1972) dalam Lerner & Hultch, 1983) adalah:

1.    Pengasuhan otoritatif (authoritative parenting): 

Pengawasan ekstra ketat, tapi juga bersikap responsif, menghargai dan menghormati pemikiran, perasaan serta mengikutsertakan anak dalam pengambilan keputusan. Anak usia prasekolah dengan orang tua otoritatif cenderung lebih percaya diri, mampu bergaul baik dengan teman sebaya. Pengasuhan otoritatif juga diasosiasikan dengan rasa harga diri yang tinggi, memiliki standar moral, kematangan psikososial, kemandirian, sukses dalam belajar, dan bertanggung jawab secara sosial.

2.    Pengasuhan otoriter (authoritarian parenting): 

Gaya pengasuhan yang membatasi dan menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua. Orang tua yang otoriter menetapkan batas-batas yang tegas dan tidak memberi peluang yang besar bagi anak-anak untuk mengemukakan pendapat. Orang tua otoriter juga cederung bersikap sewenang-wenang dan tidak demokratis dalam membuat keputusan, memaksakan peran peran atau pandangan kepada anak atas dasar kemampuan dan kekuasaan diri, serta kurang menghargai pemikiran dan perasaan mereka. Anak dari orang tua otoriter cenderung bersifat curiga kepada orang lain dan merasa tidak bahagia dengan dirinya sendiri, mereka canggung berhubungan dengan teman sebaya, canggung menyesuaikan diri pada awal masuk sekolah, memiliki prestasi belajar yang lebih rendah dibandingkan anak-anak lain.

3.    Pengasuhan permisif (permissive parenting)

a.    Permissive – indulgent (terlalu baik/ memanjakan): gaya pengasuhan dimana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak, tetapi kurang menetapkan batasan atau kendali hidup anak. Anak diasosiasikan dengan kurangnya kemampuan pengendalian diri anak, karena orangtua yang permissive indulgent cenderung membiarkan anak-anak mereka melakukan apa saja yang mereka inginkan, dan akibatnya anak-anak tidak pernah belajar mengendalikan perilaku mereka sendiri dan selalu mengharapkan agar semua kemauannya dituruti (MANJA)

b.  Permissive – indifferent (cuek), yaitu suatu gaya pengasuhan dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. 

Sumber: Kompasiana. Tipe Pengasuhan anak. 2014. Moh Wildan Mukholadun M

 Efek dari pengasuhan permissive indulgent ini:

1.    Anak kurang memiliki kontrol diri yang baik

2.    Kemampuan regulasi emosi yang rendah

3.    Keterampilan dalam menyelesaikan konflik tidak terlatih dengan baik

4.    Tingkat kemandirian relatif rendah.

Ciri-ciri dari pengasuhan tipe permissive indulgent ini:

1.    Lunak kepada anak

2.    Pasif dalam mendisiplinkan

3.    Menuruti keinginan anak atau memanjakan anak secara berlebihan, sehingga anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yang permissive indulgent cenderung kurang percaya diri, pengendalian diri yang buruk dan rasa harga diri yang rendah.

3 Sep 2020

Pengalaman Menang Giveaway Shopee Live

Diposting oleh Zana di Kamis, September 03, 2020 17 komentar

Bismillaahirrahmaanirrahiim..

Setelah maju mundur mau nulis tentang giveaway ini di blog atau gak, akhirnya kuputuskan untuk nulis aja. Tujuannya agar orang-orang yang menang hadiah giveaway dari Shopee gak bingung cara klaim hadiahnya. Yang terpenting, biar si pemenang gak kena tipu pihak yang gak bertanggung jawab. Semoga bermanfaat dan bersih dari niat untuk pamer ya :)

Sebelumnya, aku mau buat pengakuan dulu nih. Aku termasuk emak-emak pengumpul recehan koin Shopee. Salah satu cara untuk dapat koin adalah dengan nonton Shopee Live. Lumayan, bisa dapat 150 koin. Wkwkwk..

Kali ini yang akan dibahas adalah tentang Shopee Live. Mengingat aku dapat hadiah giveaway dari event yang satu ini.

Hari itu seperti biasa, di tanggal 17 Agustus 2020, aku mantengin Shopee Live demi berburu koin. Sembari menunggu menit demi menit untuk bisa klaim 150 koin, aku ikutin hal-hal yang lagi dibahas sama host-nya. Host-nya waktu itu lagi bahas tentang tteokpokki merk tertentu yang sedang memperkenalkan varian rasa barunya. Buatku, tteokpokki memang is the best (baca dengan nada bicara Siwon di iklan mie Sedap XD )

Di sela-sela acara, sang host juga kasih pertanyaan yang berhadiah Shopee Pay 100ribuan kalau gak salah. Karena lagi momen 17an, kuisnya seputar sejarah kemerdekaan Indonesia. Iseng-iseng ikut jawab juga lewat kolom komentar sesuai dengan instruksi. Gak ada niatan untuk menang pada awalnya ((walau dalam hati sebenernya ngarep juga. Hahaha..)).  

Ternyataa.. yang ikutan jawab kuisnya buanyaaaak bener, guys.. Kolom komentar gak berhenti gerak. Sampe susah baca isi komentarnya klo gak discroll ke atas dulu. Antusiasme demi 6 digit Shopee Pay ternyata tinggi syekali. Makin gak ngarep menang juga jadinya.

Nah, di sela-sela pembacaan pertanyaan kuis, host-nya ngomong klo bakal ada giveaway emas 1 gram untuk penonton yang mengirimkan pantun dengan tema kemerdekaan yang terunik.

Kayaknya banyak orang-orang yang gak terlalu ngeh sama giveaway ini. Kolom komentar masih rame sama jawaban pertanyaan kuis Shopee Pay. 

Atas ilham dari Allah, hatiku tergerak untuk bikin pantun. Biar begajulan gini, aku kan pernah jadi guru Bahasa Indonesia kelas 4-6 SD. Pernah ngajar materi tentang pantun juga. Hoho..

Pantunnya langsung kupost di kolom komentar. Semenit.. Dua menit.. Lima menit.. Lah, ini sepi amat yang nulis pantun. Yang lain masih rame aja jawab pertanyaan kuis Shopee Pay.

Mulai lah, harapan untuk menang itu muncul. Wkwkwk..

Yang tadinya mau keluar dari Shopee Live setelah semua koin bisa diklaim, akhirnya masih aja kupantengin live-nya karena penasaran siapa pemenang kuis dan giveaway-nya.

15 menit, 20 menit berlalu.. Ini kapan pengumumannya ya? Jadi mikir, ini termasuk mubazir waktu gak sih mantengin beginian? :"|

Karena berat mikirin dosa mubazir waktu, akhirnya kututup juga itu Shopee Live.

Namun, entah kenapa, beberapa menit kemudian muncul dorongan yang begitu kuat untuk buka Shopee Live lagi. 

Kali ini sinyal dan paket dataku yang gak bersahabat. Berkali-kali gagal untuk munculin live-nya. Setelah 5 menit berusaha, alhamdulillaah bisa masuk juga. 

Dan.. Eng ing eng.. Host-nya udah say good bye ke penonton sembari megang papan pemenang giveaway.

Tunggu.. Tunggu.. Itu nama akun di papan kayak kenal. Itu akunku bukan sih? Aku menang giveaway??


Langsung ku-screenshot layar hp untuk memastikan lagi. Dan benar aja, gak lama setelah di-screenshot, live-nya selesai. Wkwkwk...

Langsung heboh manggil Mas Suami sambil nunjukin hasil screenshot, "Mas, ini akun Eka bukan sih yang ditulis di papan?"

"Iya deh kayaknya. Kenapa emang?"

"Eka menang giveaway emas nih berarti. Alhamdulillaah..."

"Hah? Serius?" kali ini giliran Mas Suami yang kaget.

"Iya, tapi karena gak sempet nonton pas pengumumannya, gak paham itu host ngomong apa aja. Gak tau dia ngejelasin cara klaim hadiahnya atau gak."

Akhirnya, aku coba tanya ke CS Shopee via chat. Dan hanya dijawab, "Kami belum bisa memastikan. Tunggu notifikasinya masuk ke aplikasi aja ya kak."

Nyari di internet juga gak ketemu artikel apapun terkait cara klaim hadiah giveaway dari Shopee. Mau nanya lewat sosial media juga gak berani. Selain takut kena tipu dari orang-orang yang gak bertanggung jawab, aku juga takut kalau ternyata yang menang bukan aku. Hahahaha...

Ya sudah, solusinya sabar aja. Tanggal 17 Agustus juga masih ada beberapa jam lagi. Mungkin memang notifnya masuknya lama.

Dua hari kemudian juga notifnya belum juga. Akhirnya aku memberanikan diri nanya lagi ke CS Shopee. Jawabannya juga masih sama. Tunggu saja.


Ya sudahlah.. Akhirnya kupasrah. Bukan aku kali pemenangnya. Namun kutetap sering refresh notifikasi aplikasi Shopee, berharap keajaiban terjadi.

Saat aku berada di titik terpasrah. Gak ada harapan apapun tentang giveaway ini, tiba-tiba muncullah notifikasi yang muncul di hp dari aplikasi Shopee.


Alhamdulillaah.. Akhirnya penantianku terjawab sudah. Notifikasinya baru muncul 10 hari sejak pengumuman pemenang giveaway itu.

Tips dari aku untuk teman-teman yang menang giveaway dari Shopee:

1. Jangan posting tentang kemenangan kamu di sosial media manapun karena informasi ini rentan disalahgunakan oleh orang-orang jahat untuk menipu kamu.

Dari komentar salah satu pemenang giveway di aplikasi Shopee, ada yang ditipu orang. Dia hampir kena tipu dari orang jahat yang menghubungi dia via telepon/sms yang mengatasnamakan pihak Shopee.

2. Kalau mau bertanya ke CS Shopee, pastikan bertanya lewat layanan chat CS via aplikasi Shopee yang lebih aman dan informasi hanya diketahui oleh kamu di si CS yang menjawab.

Jangan sekali-kali bertanya lewat kolom komentar apapun di sosial media Shopee yaa.. Sekali lagi, hal ini rentan sekali disalahgunakan oleh orang jahat.

3. Sabar.

Iya, sabar aja menunggu notifikasinya masuk ke kamu via aplikasi Shopee. Sejauh aku melakukan riset tentang giveway Shopee ini, ada beberapa event yang memang butuh waktu lama untuk bisa klaim. Ada yang hadiahnya baru bisa diklaim setelah 3 bulan lamanya. So, sabar aja yaaa :D

4. Segera klaim dan gunakan voucher giveaway yang sudah diberikan lewat notifikasi Shopee.

Notifikasi yang ada di aplikasi Shopee sepertinya memang satu-satunya jalur resmi bagi para pemenang giveaway untuk bisa klaim hadiahnya. Jadi, setelah notifikasinya masuk, segera gunakan dengan baik yaa.. Jangan lupa gunakan voucher giveaway-nya saat mau check out produk hadiah. Nanti keburu expired dan kamu gagal dapat hadiah :D

5. Jangan lupa untuk bersyukur kepada Allah dan bersedekah yaa :)

7 Jun 2020

Ta'aruf Series #5; Pertemuan Pertama

Diposting oleh Zana Zahra di Minggu, Juni 07, 2020 1 komentar


Sudah baca series sebelumya?


Bismillaahirrahmaanirahiim...

Mulai series #5 ini, akan banyak bercerita tentang pengalamanku ya. Semoga bisa diambil yang berfaedah. Kalau yang unfaedah mah jangan ditiru :")

Setelah pertukaran CV, langkah selanjutnya yang kami jalani adalah pertemuan pertama dengan didampingi oleh guru kami masing-masing. Sebut saja Mba Guru dan Abang Guru.

Sebuah ruangan kecil di Masjid Al-Ikhlas Jatipadang jadi saksi betapa deg-degan dan ‘bengong’-nya seorang aku ketika harus berhadapan dengan kakak itu dan Abang Gurunya. Seriusan. Itu pertemuan berasa banget krik-kriknya -____-”

Aku juga tumbenan banget gak kepo-kepo amat sama orang. Padahal biasanya, kalau sudah urusan kepo-mengkepo, selalu saja ada hal yang pengen diketahui. Apa karena sudah kenal, ya? Jadi bikin bingung sendiri mau nanya tentang apa.. (Eka sok kenal banget. Padahal ngobrol selain urusan organisasi aja gak pernah. Wkwk..)

FYI, kami beberapa kali terlibat dalam organisasi atau kepanitiaan yang sama. Kami sama-sama aktif di yayasan alumni SMA kami (salah satu kejadian menegangkannya bisa dibaca di sini. Haha.. ). Di kampus juga beberapa kali ikut syuro koordinasi antar fakultas karena beliau adalah ketua Lembaga Dakwah Fakultas (LDF) di FMIPA UI dan saya koordinator akhwat LDF di Fasilkom UI.

Pertemuan itu dibuka dengan sebuah pengantar dan nasihat dari Abang Guru sekaligus memberikan klarifikasi mengenai kronologis kejadiannya.

Jadi, awalnya si kakak minta dicarikan pasangan sama Abang Guru dengan beberapa kriteria. Abang Guru akhirnya mencari ke beberapa Mba Guru. Dapet deh itu beberapa CV akhwat (kalau gak salah jumlahnya 3, termasuk aku). Dari hasil istikharah si kakak, katanya si kakak akhirnya milih aku (mulai tumbuh benih-benih geer nih. Hahaha..).

Kenapa harus diluruskan? Karena kenal. Sesederhana itu ya ternyata :’) 

Katanya belakangan ini sudah banyak terjadi fenomena ‘penembakan’ akhwat oleh seorang ikhwan. Si kakak katanya gak ‘nembak’ aku, insya Allah. Kayaknya Abang Guru dan si kakak benar-benar menekankan banget kalau ini bukan ‘penembakan’. Entah maksudnya apa. Biar gak jadi fitnah kali ya. Kan aku sama si kakak ada di satu departemen di yayasan alumni SMA. Si kakak takut dikira ngincer aku dari dulu kali ya (klarifikasinya sudah ada di postingan Ta'aruf Series #4 ).

Setelah Abang Guru selesai dengan pembukaannya, lalu beliau mempersilakan kami berdua untuk saling bertanya jika ada yang ingin ditanyakan.

Saat itu, aku lagi dalam kondisi ‘mong’, jadi memang banyak diamnya. Ditambah lagi, ada perasaan nervous bin grogi. Yaudah deh, aku makin diam di situ. Padahal sebelumnya sudah menyiapkan beberapa pertanyaan yang sayangnya gak dicatat. Ambyar deh itu pertanyaan gak ada yang kesebut saking groginya XD

Tapi ternyata gak cuma aku doang. Si kakaknya juga diem. Jadi lah itu krik-krik banget suasananya :)))

Mungkin karena gak enak atau gimana, akhirnya si kakak angkat bicara duluan. Kakaknya menceritakan ulang kronologisnya dari awal.

Ketika ditanya sama Abang Guru, "Ada yang mau ditanya gak ke Eka?" Si kakak hanya menjawab, "Saya ketika memutuskan untuk memilih, berarti tidak ada yang perlu ditanyakan lagi, Bang." #uhuk2 #jadikeselek #kemudiangeerlagihahahaha

Selesai kakaknya cerita, giliran aku yang disuruh ngomong. Bingung mau ngomong apa. Akhirnya cuma cerita tentang kondisi keluarga dan keluarga besar dari pihak Ibu dan Bapak. Udah segitu aja. Bingung.

Melihat situasi yang krik-krik dan semakin tidak terkendali ini, Abang Guru berinisiatif untuk mendeskripsikan sifat dan kondisi si kakak. Di situlah kegalauan kembali muncul. Ada beberapa poin penting yang rasa-rasanya perlu di-istikharah-kan kembali.

Pertemuan itu pun ditutup gak lama setelah adzan Zuhur selesai berkumandang. Abang Guru menarik kesimpulan dan memberi waktu satu pekan untuk istikharah lagi. Jika lanjut, maka kami akan bertemu lagi. Dilanjutkan dengan si kakak yang silaturahim ke rumahku, lalu aku silaturahim ke rumah kakaknya, kemudian baru deh orangtua si kakak dateng silaturahim ke rumah untuk membicarakan proses lamaran.

Gitu deh ceritanya..

Aku sarankan agar teman-teman yang sedang ta'aruf mempersiapkan dengan matang, ya, apa-apa saja yang mau ditanya. Ingat, harus dicatat. Biar gak bingung dan super krik-krik kayak aku XD

Misalnya:
1. Nanti boleh lanjut kerja atau gak setelah menikah?
2. Setelah menikah mau tinggal di mana?
3. Bagaimana hubungannya dengan Ibu dan saudara kandung perempuan? Karena ini bisa merefleksikan bagaimana seorang laki-laki dalam memperlakukan istrinya kelak.
4. Kalau marah, biasanya seperti apa?
5. Masih kah boleh berkegiatan di luar urusan pekerjaan (tentunya dalam hal kebaikan ya..)?
6. Apakah punya harapan untuk calon istrinya kelak?
7. Apa saja yang diharapkan oleh keluarga pihak laki-laki tentang calon istrinya?
8. Kebiasaan sehari-hari di rumah?
9. Bagaimana pergaulannya?
10. Bagaimana pengaturan keuangan pasca menikah?
11. Kalau istrinya belum jago masak gimana? #inimahaku XD

Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang berkaitan dengan kehidupan pasca menikah.

Selamat menyusun pertanyaan-pertanyaannya yaa :D

3 Agu 2019

Aku, Baby Blues, dan Postpartum Depression

Diposting oleh Zana Zahra di Sabtu, Agustus 03, 2019 0 komentar


Bismillaahirrahmaanirrahiim...

Setiap orang berjuang dengan ujiannya masing-masing. Aku menulis ini bukan karena aku sudah sembuh dari postpartum depression. Aku menulis untuk sarana berbagi dan juga sebagai salah satu ikhtiar dalam penyembuhan diri :)

Baby blues syndrome adalah perasaan yang sangat sedih di hari-hari setelah bayi lahir dan itu sangat normal. Bunda biasanya mengalami sindrom "baby blues" dalam 14 hari pertama setelah melahirkan, dan saat terburuk adalah 3 atau 4 hari sesudah kelahiran. (Sumber: https://www.cussonsbaby.co.id/)

Berbeda dengan kondisi baby blues yang terjadi selama 7-14 hari setelah melahirkan, postpartum depression (PPD) biasanya lebih parah dan berlangsung lebih lama. Karena itu, waspadalah apabila depresi terjadi lebih dari 14 hari atau berdampak signifikan pada sang ibu, bayi, beserta keluarga. (Sumber: https://www.alodokter.com/)

Sepertinya aku sudah masuk masuk ke kondisi PPD. Sudah lebih dari dua tahun. Sejak anak pertama usia dua bulan sampai sekarang anak kedua usianya sudah delapan bulan. Sesuatu banget kan? :")

Gejalanya kurang lebih sebagai berikut:
1. Suka nangis tiba-tiba
2. Emosi/kesal berlebihan
3. Merasa gagal menjadi ibu
4. Insomnia
5. Kepala sakit mulai dari dahi sampai kepala bagian belakang
6. Halusinasi (ini yang paling seram karena bisa memicu seluruh gejala, terutama yang poin 7 dan 8)
7. Berusaha menyakiti diri sendiri dengan meninju tembok karena kepala terasa penuh seperti mau pecah
8. Beberapa kali terbesit pikiran untuk menyakiti anak sendiri

Orang-orang di lingkaran terdekat yang seharusnya jadi supporting system ternyata adalah orang yang paling sering berkomentar ketika aku menjadi ibu baru. Komentar standar sih sepertinya bagi seluruh penduduk Indonesia. Tapi, bagiku yang hormonnya masih berantakan pasca melahirkan, masih penyesuaian dengan kondisi fisik yang harus sering terjaga, ditambah lagi dengan rasa sedih karena gak bisa ikut Ibu pulang ke kampung halaman (ini sedih banget lho, serius), komentar-komentar ini sangat jahat.

"ASI-nya keluar gak sih? Itu anaknya nangis terus."
"Ibunya ke mana sih nih? Anaknya nangis tapi mandinya lama banget."

Dua kalimat ini yang paling sering aku temui pertama kali. Seumur-umur, aku gak pernah "dibentak-bentak" dengan cara seperti ini sama keluarga. Pun dengan keluarga besar. Kenapa aku definisikan itu sebagai bentakan? Karena suaranya yang keras dan nadanya yang ketus bagiku. Ya, mungkin ini ada faktor perbedaan budaya keluarga juga. Dan ini, jujur, hingga sekarang pun aku belum terbiasa :")

Kalau mau membela diri, aku pasti bakal jelasin kalau aku mandinya lama karena aku sambil nyuci baju yang kecil-kecil pakai tangan. Aku gak mau merepotkan, sesederhana itu. Tapi, lagi-lagi karena aku gak terbiasa "menjawab" perkataan orang yang lebih tua, aku diam saja.

Diam, diam, dan diam. Lama-lama menumpuk di dalam diri. Mulai lah muncul sakit kepala di sekitar dahi. Segala rumitnya pikiran mengenai komentar-komentar negatif terus tertimbun hingga di satu titik kerumitan itu memicu sakit fisik.

Komentar tersebut terus berlanjut dan semakin tajam menurutku di saat anakku mulai MPASI. Memberi anak makanan instan, bukan berarti aku  sama sekali gak memperkenalkan makanan rumahan ke anakku. Aku akui memang aku belum terlalu bisa memasak. Tapi aku belajar kok (yang mana memang jarang dilaporkan ke mana-mana. Pun via sosmed. Buat apa juga? Hehe..).

Sejujurnya komentar ini yang paling berbekas sampai sekarang karena kurasa ini sudah menyinggung pihak keluargaku juga. Aku yang gak suka makan daging, dikira karena keluargaku gak pernah masak daging. Harga diriku terusik. Aku mulai marah. Tapi lagi-lagi aku pendam. Perasaan gagal menjadi ibu muncul semenjak ini.

Gak berselang lama, halusinasi muncul. Kalau lagi sendirian di rumah, aku selalu merasa mendengar dan melihat teriakan-teriakan dan komentar-komentar itu. Bahkan secara gak sadar, aku menjawab teriakan-teriakan itu. Sejak halusinasi ini muncul, aku mulai merasa ada yang harus dibenahi di sini. Ini sudah mulai gak baik.

Aku mulai komunikasikan masalah ini ke suami, berharap bisa mendapat solusi.

Saran pertama yang suami berikan adalah: Perbanyak frekuensi bertemu. Mungkin ini karena belum terbiasa.

Saran ini pun dilaksanakan. Frekuensi bertemu ditambah. Berjalan terus hingga dua tahun lebih. Tapi kurasa, depresiku malah bertambah parah. Bahkan untuk melihat wajah orang itu, aku sudah gak berani. Setakut itu.

Puncak depresi ini kira-kira mulai terlihat dua bulan belakangan. Beberapa hari aku gak bisa tidur. Pernah dua hari berturut-turut gak tidur malam karena aku menangis tanpa henti, menjerit, meninju-ninju tembok, hingga membanting barang. Kepala sakit dari bagian dahi sampai bagian belakang.

Pernah juga di suatu kondisi, aku ingin menyakiti anakku karena aku merasa "semenjak ada mereka aku jadi dimarahin terus". Sedih banget kan? Astaghfirullaah.. Sebegitu dahsyatnya efek depresi ini.

Ini berbahaya sekali ya ternyata. Gak hanya buat aku, tapi juga anak dan suamiku.

Setelah browsing dan banyak masukan, mungkin di sini ada beberapa solusi yang bisa dilakukan untuk para ibu penderita PPD.

1. Meminta pertolongan dan perlindungan Allah
Bukan, bukan karena kita kurang iman, insya Allah. Bahkan seorang ibu yang setiap harinya membaca 5 juz Al-Qur'an pun bisa terkena depresi. Kita meminta pertolongan Allah untuk diberi kekuatan dan kemudahan dalam melalui ujian ini. Juga meminta perlindungan Allah dari hal-hal yang membahayakan diri sendiri, anak, dan keluarga kita.

2. Perbanyak komunikasi dengan suami
Terkadang tekanan itu terasa bertambah berat karena kita gak bisa bercerita atau sekedar curhat ke orang lain. Apabila penyebab/pemicu depresi kita adalah orang terdekat, mungkin kita juga akan sungkan untuk bercerita ke keluarga. Khawatir memicu masalah lain dan malah bertambah rumit. Suami seharusnya menjadi garda terdepan dalam menampung keluh kesah istri. Pelukan yang sedikit lebih erat, lebih lama, insya Allah bisa membantu menenangkan.

3. Konsultasi dengan psikolog
Menurut pendapat beberapa orang, jika stres sudah diikuti dengan sakit fisik (dalam hal ini aku kena sakit kepala akut) dan halusinasi, ini kondisinya sudah berat. Harus dikonsultasikan dengan ahlinya.
Aku belum sampai ke tahap ini. Tapi sudah minta tolong dicarikan psikolog yang amanah ke kawan dekat.

4. Maafkan dan terima kondisi dengan ikhlas
Berat memang. Minta ke Allah untuk dimudahkan ya :)
Bisa jadi beliau-beliau yang berkomentar ini memang terbiasa hidup di lingkungan penuh dengan komentar. Bisa jadi beliau punya inner child yang belum terselesaikan. Bisa jadi memang karakternya demikian, ke siapa saja, bukan hanya ke kita.
Some people are just controlling. “Anything outside the realm of their control (you, your family, their adult child, the rest of the world) is very threatening.

5. Jaga lisan
Kita memang gak bisa mengatur lisan orang lain, tapi kita bisa mengatur lisan kita sendiri. Jangan sampai apa yang kita bicarakan justru menyakiti hati orang lain. Semoga kita terhindar dari lisan yang zhalim. Iya, zhalim. Karena efek lisan yang menyakitkan itu berbahaya. Ingat gejala depresi aku di poin 7 dan 8. Be empathy, people! :)

6. Allah berikan ujian bersama dengan kemudahan
Iya, kemudahan itu Allah berikan bersamaan dengan ujiannya. Dan kemudahan yang aku dapat dari ujian ini adalah suami yang super sabar, mau dengerin curhatan istrinya yang gak berkesudahan ini. Beliau pasti lelah, udah capek kerja, tapi masih harus berusaha mencari solusi dari masalah istrinya yang pastinya bagai memakan buah simalakama. Jazakallah khairan, Mas. Semoga Allah senantiasa merahmatimu ya. Aamiin :*

7. Carilah kegiatan lain untuk melepaskan energi negatifmu
Sulit memang. Apalagi bagi ibu dengan dua bayi. Mau buka laptop buat nulis ini aja susahnya minta ampun XD
Mungkin kalau aku, pelariannya bisa dengan aktif kembali menulis blog sambil sesekali edit-edit foto gak jelas. Yang penting hati senang :D

8. Jalan-jalan!
Ajak suami, anak-anak, dan keluargamu untuk mengisi waktu berkualitas di suasana yang berbeda. Kalau bisa, ajak mereka yang memang senang jalan-jalan ya. Kalau gak, jalan-jalannya justru bisa memancing kembali depresimu karena kamu gak bisa enjoy, malah menderita :)

9. Posting saja hasil masakanmu di sosmed!
Mungkin ada beberapa orang yang butuh bukti nyata kalau kamu bisa memasak, guys :)))
Walau rada gak penting buat orang yang baca, tapi semoga bisa meningkatkan kepercayaan dirimu, ya! *Ini ngomong sama diri sendiri*
Mohon maaf, dear teman-teman, kalau statusku kadang-kadang isinya foto masakan. Percayalah, ini bukan untuk pamer ke kalian kok :v

10. Jaga jarak pun tak apa
Jika memang ikhtiar dengan meningkatkan frekuensi bertemu dengan orang-orang yang negatif itu justru makin memperparah gejala depresimu, tak apa membuat jarak sejenak. Tenangkan pikiran agar halusinasi-halusinasi itu tak muncul dan berdampak negatif untukmu, anak-anakmu, dan suamimu. Itu resiko mereka karena sudah berbuat zhalim  gak baik . Semoga Allah ampuni kesalahan kita dan memudahkan kita untuk menjaga silaturahim ya..

Setiap orang berjuang dengan ujiannya masing-masing. Tak perlu mencemooh mereka yang menurutmu masalahnya sepele. Bagi mereka, itu adalah ujian besar. Gak perlu lah menghakimi mereka dengan berbagai pernyataan yang justru membuat mereka semakin sedih. Kalau mau berkomentar, cukup di dalam hati ya. Atau bisa juga sih diomongin di belakang mereka. Yang penting jangan sampai kalimat itu terdengar oleh mereka ya. Dengan catatan: Dosa ghibah ditanggung sendiri. Hehe..

Doakan aku biar segera sembuh ya, teman-teman. Semoga Allah mengampuni dan menguatkan kita yang sedang berjuang ini ya :)



26 Okt 2018

Ta'aruf Series #4; Pertukaran CV

Diposting oleh Zana Zahra di Jumat, Oktober 26, 2018 0 komentar


Bismillaahirrahmaanirrahiim...

Insya Allah udah cukup pembahasan mengenai persiapan di postingan Ta'aruf Series #1 - #3 yaa. Kali ini aku akan bercerita tentang kisah ta'arufku. Semoga bisa menginspirasi (sok-sok'an menginspirasi banget ya? Hahaha...)

Secara garis besar, proses ta'aruf itu terdiri dari tahapan-tahapan berikut:
1. Pertukaran CV (laki-laki baca CV perempuan dulu, klo lanjut, baru si perempuan baca CV laki-laki)
2. Pertemuan pertama bersama guru yang menjadi penyambung
3. Laki-laki datang menemui orangtua perempuan
4. Perempuan datang menemui orangtua laki-laki
5. Proses lamaran
6. Proses persiapan pernikahan
7. Pernikahan

Tahapannya bisa berbeda, tergantung situasi dan kondisi. Aku pun skip langkah yang nomor 4. Dari nomor 3 langsung ke nomor 5.

Okay, kita langsung bercerita mengenai proses pertukaran CV ala Eka dan Mas Suami.

Jadi, sekitar 2 pekan sebelum Ramadhan di tahun 2015 (maapin lupa tanggal dan bulannya), Mba Guru (sebut saja demikian ya. Hehe..) tiba-tiba ngirim sms yang isinya kayak gini:

"Sukunya apa? Usianya sekarang berapa?"

Shock dong ya dapet pertanyaan macam ini :") Walaupun shock tapi tetep bales sms sambil deg-degan. Haha.. Umurku 24 tahun ketika itu. Gak lama kemudian, Mba Guru langsung bales sms lagi minta aku kirim CV ke email beliau. Makin deg-degan dong yes :D

Satu pekan.. Dua pekan lewat.. Gak ada kabar apapun dari si Mba. Sampai akhirnya aku memberanikan diri untuk ngomong ke beliau, "Mba, klo prosesnya gak jadi, tolong dikabari ya, Mba. Jangan sampai gak dikabari." Terus udah, gak ada balasan apa-apa. Haha..

Terkesan ngebet atau terburu-buru ya? Tapi ini penting lho.. Sebagai perempuan, kita harus tegas. Biar bisa move on gitu. Klo emang prosesnya gak lanjut ya udah. Kan bisa nyari yang lain :p
Terpikir juga untuk minta bantuan sama temen untuk nyariin jodoh, dan kebetulan waktu itu juga ada yang 'nanyain' (ceilah nanyain :v ).

Lama-lama juga pasrah aja. "Gak jadi ini mah," begitu kira-kira setelah Ramadhan, bahkan Lebaran pun udah lewat 2 pekan.

Hingga suatu hari, aku minta izin gak hadir pertemuan pekanan ke Mba Guru karena sakit. Eh, gak ada angin gak ada hujan, Mba malah balas sms dengan pesan, "Katanya si ikhwan mau lanjut. Tinggal nunggu dia kirim CV aja."

#eeeaaa Langsung deg-degan tingkat dewa XD

Kira-kira siapa ya orangnya? Kenal apa gak ya? Terus klo aku serem sama orangnya (bisa baca definisi serem ala Eka di postingan yang ini) cara nolaknya gimana? Kasih alasan apa? *mikirnya kejauhan woy. Wkwk...*

Ada hikmahnya juga sih aku sakit waktu itu. Jadi, pikiranku gak galau-galau amat. Teralihkan sepenuhnya sama pengurusan dokumen persiapan operasi usus buntu. Duh, ngebayangin perut bakal dibelek-belek aja udah bikin gak bisa tidur, boro-boro mikirin siapa nama ikhwannya.

Dan tiba-tiba... Ini tiba-tiba mulu yak XD Tiba-tiba Mba nge-WA aku yang isinya, "CV-nya mau dikirim sebelum atau setelah operasi?" Beuh, H-2 operasi banget nih. Haha...

Aku jawab, "Terserah Mba aja." Daaan.. 30 menit kemudian.. Jeng.. Jeng.. Jeng.. Notif email di HP bunyi.

Setelah email-nya dibuka, langsung nge-scroll pelan-pelan.

*Sambil nge-scroll ke bawah*

Oh, Mba-nya gak nyebut nama ikhwannya.

*Lanjut scroll lagi*

Lah, kok di history emailnya ada nama yang kayaknya kenal nih. Udah, habis itu bengong ngeliatin history email sampe sekitar 5 menit. Masa' sih kakak yang itu?

*Scroll lagi ke bawah sambil baca bismillah*

Di bawah history email, muncullah nama email yang emang beneran gak asing. Tapi.. Ah, masa' sih? Cuma mirip doang kali nama emailnya.

*Scroll lagi ke bawah*

Lah, iya bener si kakak! Seriusan nih? Kakak yang itu??

*Buru-buru donlot CV-nya. Nama file-nya gak nyantumin nama*

*Harap-harap cemas pas loading buat buka file, macam mau pengumuman hasil PPKB UI aja. Wkwk..*

*File-nya kebuka*

"Ibuuu! Ternyata orangnya kakak yang itu!!" Aku langsung teriak dari kamar atas.

Jadi, belum lama ini ada sebuah tragedi antara aku dan si Kakak itu. Di suatu acara dauroh yang aku dan kakak itu sama-sama jadi panitia, laptopku dipakai untuk keperluan acara. Nah, pas cek sound, si Kakak nge-buka Winamp dong. Dan, tau gak apa itu isi list lagunya? Lagu EXO semua! Hahahahakugakngertilagi XD

Tiga lagu pertama yang diputer sih alhamdulillah lagu EXO yang kalem dan nge-jazzy macam Thunder, December, 2014, sama satu lagi aku lupa. Klo kalian tau lagu EXO yang judulnya MAMA, kalian tau kan itu genre musiknya kayak apa? Nah, kemudian si Kakak nge-klik lagu itu. Mungkin dikiranya lagunya bakal mellow (secara judulnya MAMA gitu lho). Daaann... Yah, selanjutnya speakernya langsung dimatiin. Hahahahaha...

Duh, klo inget kejadian ini selalu bikin ngakak sendiri sih XD

Iya, dan peristiwa ini lagi nge-hits di rumah. Jadi, orang-orang serumah tau siapa nama si Kakak ini karena kejadian itu. *Aku tipe yang suka cerita tentang semua kegiatan sama orang-orang serumah soalnya*

Yah, begitulah, Saudara-saudara drama pertukaran CV ala Eka dan Mas Suami. Setelah operasi, aku langsung nanya-nanya ke beberapa kawan dekat si Kakak ini tentang karakter keseharian beliau.

Si Kakak juga gak ada acara jenguk-jengukan. Beliau aja baru tau klo aku habis operasi usus buntu pas udah nikah. Wkwk...

Seminggu pasca operasi, barulah aku kirim kabar ke Mba klo hasil istikharahku adalah "Lanjut". Dan seperti biasa, sms-nya gak dibales lagi. Tau-tau beberapa hari kemudian, si Mba baru ngabarin lagi klo 3 minggu lagi akan ada pertemuan 8 mata antara aku, si Kakak, dan guru kami masing-masing untuk eksplorasi lebih lanjut.

Hasil Wawancara Mas Suami Setelah Nikah

Q: Kok hasil istikharah setelah liat CV Eka lama sih?
A: Orang CV-nya juga baru dikasih ba'da Lebaran. Biar gak ganggu ibadah Ramadhan katanya.

Q: Terus, yang dilihat CV Eka doang?
A: Gak dong. Haha.. Ada beberapa CV, tapi nama dan fotonya dihapus sama Bang Guru (panggil saja begitu :D )
Q: Gak ada namanya? Terus yang diliat apaan?
A: Murni data diri yang lain. Biar lebih subjektif gitu kata Bang Guru.

Q: Udah ngincer Eka dari jaman SMA yaa? *istri kepedean*
A: Ih, kerajinan amat ngincer-ngincer :v

Kira-kira begitu hasil wawancaranya. Pertanyaan yang terakhir super gak penting. Ditanyakan karena penasaran aja. Wkwkwk...

Update
Mengenai Istikharah Pertama

Berhubung aku tipe anak yang sangat terus terang sama keluarga (apa aja cerita ke keluarga), dari awal proses sebelum aku ngirim CV pun aku udah minta izin ke Ibu. Begitu CV si ikhwannya diterima, semua keluargaku langsung baca.

Untuk proses istikharah, aku tak sendirian. Aku ngajak Ibu sama adekku yang laki-laki buat istikharah juga :D

Kenapa?
1. Karena peristiwa menikah bukan hanya tentang bersatunya dua insan, tapi juga dua keluarga #tsaah
2. Karena do'a Ibu itu mujarab. Insya Allah do'a seorang Ibu gak akan main-main untuk kebaikan anaknya. Dan bisa jadi, ridha Allah turun melalui keridhaan Ibu :)
3. Karena Bapak udah meninggal dunia, otomatis adik laki-laki jadi wali (penanggung jawab) keluarga. Nah, biar sekalian doi belajar mengambil keputusan besar. Doi harus memilih yang terbaik untuk mencari pengganti wali setelah nikah (baca: suami), kan?

Apakah hasil istikharah selalu dikaitkan dengan mimpi? Kayaknya gak juga. Aku ini orang yang suka lupa semalam mimpi apa. Jadi, aku berdo'anya semoga Allah hilangkan rasa "takut nikah" jika ini memang orang yang terbaik. Dan, jika ini bukan yang terbaik, semoga prosesnya emang terputus aja di awal. Maklum, aku tipe yang susah move on klo udah terlanjur ada keterikatan hati #eeaaaa

Alhamdulillaah, selama waktu satu minggu itu perasaanku biasa-biasa aja. Gak ada rasa takut nikah kayak yang sebelum-sebelumnya. Ibu sama adek juga katanya gak ada masalah sama si ikhwannya berdasarkan hasil istikharah. Jadi kesimpulannya, "Mari kita lanjut ke step ta'aruf berikutnya, insya Allah.." :)
 

searching for Andromeda Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review