10 Okt 2008

Wawancara dengan Pak Adila

Diposting oleh Zana di Jumat, Oktober 10, 2008
Untuk memenuhi tugas 3 Mabim, di blogku kali ini akan menampilkan hasil wawancara kelompok 24 dengan Pak Adila...
Semoga bisa bermanfaat buat temen2 sekalian..

Narasumber : Bapak Adila

Pewawancara : Kelompok 24 (Ivan Sutherland)

1. Okky Idelian Arinandy

2. Arlan Dwi Putra

3. Eka Zahnia Purnamasari

4. Elvira Novellia Chrisanty

5. Fikri Akbarsyah Anza

6. Harwin

Waktu : Selasa, 7 Oktober 2008

Tempat : Gedung A, R. 1211

Pak Adila menyelesaikan studi S1-nya di Fasilkom UI. Beliau lulus pada bulan Agustus 2002. Rumah Pak Adila terletak di Kukusan. Biasanya beliau pergi ke Fasilkom dengan menggunakan sepeda.

Pak Adila mulai mengajar di Fasilkom sejak tahun 2003. Dari dulu Pak Adila memang menyukai pekerjaannya sebagai pengajar. Selain karena banyak keluarga Pak Adila yang menjadi guru, beliau juga senang mengajar karena ingin menerapkan prinsip “ilmu yang bermanfaat”. Menurut beliau, ilmu akan bermanfaat dan akan lebih dapat dipahami saat kita bisa mengajarkannya pada orang lain. Beliau memilih mengajar di perguruan tinggi karena tantangan intelektualnya lebih tinggi daripada mengajar di SMA.

Selain mengajar Matematika Diskret, beliau juga mengajar atau pernah mengajar di mata kuliah Teori Bahasa dan Automata, Kalkulus, Sistem Cerdas, Topik Fungsional Programming, Suku Data dan Algoritma, Software Quality Insurance, dan banyak lagi (karena sangat banyak dan kami bingung bagaimana penulisannya).

Beliau akan sangat senang jika mahasiswa yang beliau ajar sangat responsive. Untuk kelas ekstensi, menurut Pak Adila, sangat responsive saat mata kuliah Software Quality Insurance. Sedangkan untuk kelas regular adalah saat mata kuliah Kalkulus (karena memang banyak yang tidak mengerti).

Beliau merasa tidak senang (sebal) jika ada mahasiswa yang cuek. Mahasiswa yang merasa tidak butuh kuliah, apalagi mahasiswa yang tidak mengerti dan tidak mau bertanya pada beliau. Pak Adila lebih menghargai mahasiswa yang tidak mengerti tetapi aktif bertanya kepada beliau.

Beliau melanjutkan studi S2-nya di Jerman. Menurut beliau, mahasiswa di Jerman lebih mandiri. Di sana tidak ada presensi (absensi). Daftar kuliah (kalau di UI seperti IRS) juga hanya diisi saat mau ujian. Ujian juga hanya 1 kali, tidak ada remedial. Untuk kelas besar, bentuk ujiannya tertulis. Sedangkan untuk kelas kecil, bentuk ujiannya oral (lisan). Pak Adila sendiri lebih menyukai ujian oral.

Ketika ditanya bagaimana pendapat beliau tentang perkembangan teknologi informasi di Indonesia, beliau menjawab bahwa Indonesia masih mengikuti perkembangan teknologi dari luar, belum menjadi pionir. Perusahaan dalam negeri pun masih banyak yang enggan menggunakan produk riset Indonesia karena levelnya dianggap masih rendah. Menurut beliau, untuk memajukan teknologi informasi di Indonesia, harus ada kemauan dari berbagai pihak seperti pemerintah, swasta, dan para ahli.

Sebelum wawancara berakhir, Pak Adila berpesan kepada kami untuk banyak-banyak membaca materi kuliah sebelum materi tersebut diajarkan oleh dosen di kelas. Jangan takut untuk membaca buku teks berbahasa Inggris karena kemampuan kita justru bisa meningkat. Pak Adila pun dapat menguasai bahasa Inggris dengan banyak membaca. Pak Adila bahkan dapat lulus TOEFL (saat akan melanjutkan studi ke Jerman) walaupun beliau tidak mengikuti kursus. Jangan malu untuk bertanya kepada dosen jika ada materi yang belum dimengerti ^^..

Di akhir wawancara kami pun berfoto bersama. Sayangnya fotonya belum dapat ditampilkan di sini karena di komputer rumah tidak tersedia fasilitas bluetooth (^^!).

0 komentar:

 

searching for Andromeda Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review