Teruntuk Bunda terhebat di dunia
“Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali bagai sang surya menyinari dunia”
Assalamu’alaikum Bunda...
Akhirnya, ananda mampu juga menuliskan ini..setelah lama ananda menekuri komputer pinjaman ini...Bunda, ananda ingiin sekali memeluk Bunda..menciumi Bunda..merasakan harum tubuh Bunda..
Kapan ya itu terjadi...ananda ingin melakukan itu saat kita masih bisa menghirup oksigen di muka bumi ini...maka kabulkanlah permintaanku ya Allah..
Astaghfirullah. .!!! maafkan ananda, Bunda..ananda lupa menanyakan kabar Bunda..ananda khilaf. Lalu, Bunda sehat-sehat saja, kan? Oh, tubuh Bunda tidak ada yang terluka, bukan? Jangan menakuti diri ananda dengan kekagetan seperti itu Bunda..
Alhamdulillah Bunda masih sehat dan segar..ananda sudah berbahagia mengetahui kabar Bunda meski hanya dengan pesan singkat...ananda berharap, Bunda senantiasa bahagia dalam dekapan Allah, Rabb kita, seperti dulu ketika Bunda mendekap ananda sepenuh hati. Sampai sekarang pun ananda masih bisa merasakan kehangatan kecupan bibir Bunda di dahi, di pipi, di hidung, di bibir, di seluruh wajah ananda..masih terasa indahnya saat dulu Bunda membalut ananda dengan kasih sayang.
Bunda, sekarang ananda sudah di negeri orang..sudah bukan anak kecil lagi..tapi Bunda masih mau, kan mengulangi hal tersebut pada ananda yang masih cengeng dan manja ini???
Bunda, di setiap langkahmu ananda tahu Bunda mendoakan ananda..air matamu mungkin memang tak berbekas, tapi ananda tahu Bunda mencintai ananda..Bunda, sungguh, ananda merasakan getar-getar syurga setiap ananda berpikir tentang Bunda. Di keseluruhan tubuh dan hidup Bunda, tidak hanya di telapak kaki Bunda atau saat Bunda melahirkan ananda saja, insya Allah ada setitik nikmat syurga mengalir di tubuh Bunda..
Bunda, ingatkah dulu saat Bunda mengandung anak pertamamu?? Anandalah orangnya, Bunda..itulah kali pertama Bunda menanam benih kehidupan untuk menjaga kelestarian makhluk hidup dan penyembah Allah. Bundaku, pasti Bunda tak mungkin melupakannya, kan? Saat itu perutmu kian membesar seperti balon gas yang siap terbang..tapi, kau tetap mengelusnya penuh kasih sayang, menceritakannya tentang sesuatu yang amat berharga..sementara itu ananda menari riang gembira di dalamnya...memasukk an dalam dada rasa cinta yang kau beri. Senyummu mengudara ketika kutendang atau kusundul rahim kokohmu.
“Menatap indahnya senyuman di wajahmu membuatku terdiam dan terpaku”
Bunda, saat ini Bunda sedang apa ya? Boleh ananda lanjutkan? Setelah itu, aku mulai menari keluar dari rahimmu nan kokoh. Kau tersenyum sepenuh hati, kau bahagia. “Inilah anakku wahai dunia!!” Mungkin itulah kalimat yang ingin kau ucapkan. Dirimu berbanjir peluh, tapi hati dan bibirmu berbalut doa dan syukur melihat generasinya telah terlahir ke dunia!! Malaikat dan seluruh alam bersuka cita menyambut lahirnya seorang anak manusia kembali yang diharapkan mampu memimpin dunia kepada Islam. Saat masih terkejut telah berpindah ke alam yang fana, bayi itu diserahkan pada sang Ayah untuk diadzani, untuk dikenalkan dengan Sang Khalik.
“Mengerti akan hadirnya cinta terindah, saat kau peluk mesra tubuhku”
Bunda, masih setia membaca suratku, kan? Lalu, Bunda peluk tubuhku yang ringkih dan mungil meninggalkan Ayah yang masih terserang kekagetan karena anaknya baru saja ia adzani. Mari Bunda, dekaplah diriku yang kedinginan ini...
“Banyak kata yang tak mampu kuungkapkan kepada dirimu”
Oh, Bunda..ananda tak pandai memainkan kata-kata..biarlah Allah yang mengirimimu surat cinta atas nama diriku berbentuk cinta dan kebahagiaanmu di dunia dan akhirat...Bunda, pipiku mulai terbasahi sesuatu yang sedari tadi berdesak-desakan ingin keluar dari kelenjar air mata, sungguh tak sopan. Maaf ya, Bunda? Bunda tak marah, kan, meskipun ananda menangis? Mari Bunda, kecuplah wajahku yang mulai tergores masalah-masalah dunia ini, belailah sepenuh hati agar lukaku hilang..bawalah diriku bersamamu mengitari indahnya taman syurga..
“Aku ingin engkau slalu hadir dan temani aku, di setiap langkah yang meyakiniku kau tercipta untukku ”
Tak sadar dari lamunanku, malaikat menuntunku mendengar sayup-sayup senandungmu memberi ketenangan pada diri yang gelisah ini, menjawab resahku dalam kalimat yang dalam...
“Meski waktu akan mampu memanggil sluruh ragaku kuingin kau tahu, ku slalu milikmu yang mencintaimu spanjang hidupku”
Kau ajari dirku yang tak tahu apa-apa menjadi sebesar ini...semua kau berikan setulus hati..tanpa meminta kembali dari ku...
Oh, Bunda... aku cinta kau, aku rindu kau. Kukenang dirimu di setiap hembus nafas kehidupan yang Allah berikan, semoga engkau pun juga merasakannya. .
“Kau membuat ku mrasa hebat karena ketulusan cintamu, ku merasa teristimewa hanya karena rasa cinta yang kau beri padaku sepenuhnya buatku slalu merasa berarti”
Bunda, belum mengantuk, kan? Sebenarnya ananda masih ingin mengingat ulang masa-masa emas kita..saat hanya ada kita berdua saja karena Ayah harus pergi nomaden dari satu daerah ke daerah lainnya untuk makan kita...Bunda sayang, ananda mungkin tak bisa membalas budi Ibunda..maka doakanlah ananda agar ananda bisa berbunga seperti Ibunda...dan bisa bertahan di sini, di negeri orang tanpa dirimu..
”Ribuan kilo jalan yang kau tempuh, lewati rintang untuk aku anakmu. Ibuku sayang masih terus berjalan walu tapak kaki penuh darah penuh nanah”
“...jiwa raga dan seluruh hidup rela dia berikan. Kata mereka diriku slalu dimanja, kata mereka diriku slalu ditimang. Oh, Bunda ada dan tiada, dirimu ‘kan selalu ada di dalam hatiku”
Baiklah Bunda, sekian surat ananda di kamar gelap dan banyak nyamuk yang menggigiti kaki ananda, oh Bunda sudah tahu, kan? Selamat tidur, Bunda...
Salam penuh cinta
Anakmu di lorong pencaharian
Created by Asri Nur Chiquita (Syaja'ah 2008)
Inspired by: Aisha Chuang’s book
1 komentar:
i like this story...i love my mom
Posting Komentar